Menguak Rahasia di Balik Bau Ketiak Ternyata Bakteri
Font Terkecil
Font Terbesar
Karawang : Bau ketiak mungkin terdengar sepele, tapi siapa pun pasti setuju: menjadi sumber aroma tak sedap di tengah keramaian adalah mimpi buruk. Banyak yang beranggapan bahwa keringatlah penyebab utama, padahal sebenarnya bukan. Tersangka utamanya justru jauh lebih kecil bakteri yang hidup di kulit.(1/11/25).
Menurut penjelasan dari laman Rexona Indonesia, tubuh manusia memiliki dua jenis kelenjar keringat, yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin tersebar di seluruh permukaan tubuh dan berfungsi mendinginkan suhu ketika tubuh panas. Sementara itu, kelenjar apokrin hanya terdapat di area tertentu seperti ketiak, selangkangan, dan sekitar puting.
Nah, keringat dari kelenjar apokrin inilah yang menjadi “hidangan favorit” bakteri, terutama jenis Corynebacterium. Saat keringat keluar ke permukaan kulit, bakteri tersebut memecah senyawa protein dan lemak di dalamnya menjadi asam lemak berbau tajam dan menyengat. Artinya, bukan keringat yang berbau, melainkan hasil kerja bakteri yang sedang berpesta di kulit kita.
Beberapa hal bisa membuat aroma tubuh semakin kuat. Pertama, kebersihan tubuh. Jika area ketiak jarang dibersihkan, koloni bakteri akan berkembang biak dengan cepat. Kedua, pola makan. Makanan dengan aroma tajam seperti bawang, kari, atau daging merah dapat memengaruhi komposisi keringat.
Ketiga, stres dan hormon. Saat merasa cemas atau gugup, tubuh menghasilkan lebih banyak keringat apokrindan itu berarti lebih banyak “bahan bakar” bagi bakteri.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Menyemprotkan parfum saja tentu tidak cukup. Kuncinya adalah mengontrol keringat dan membatasi aktivitas bakteri.
Penggunaan sabun antibakteri bisa membantu, tapi tidak disarankan berlebihan karena kulit tetap membutuhkan flora normalnya.
Sementara deodoran biasanya mengandung zat antibakteri ringan dan pewangi, sedangkan antiperspiran bekerja dengan garam aluminium yang menutup sementara pori-pori kelenjar keringat.
Bagi yang sudah mencoba berbagai cara namun belum berhasil, ada opsi medis seperti penyuntikan botox pada ketiak, terapi laser, hingga prosedur bedah ringan untuk mengangkat sebagian kelenjar apokrin.
Pada akhirnya, bau badan bukanlah sesuatu yang memalukan itu adalah bagian alami dari proses biologis manusia. Masalah muncul ketika dibiarkan tanpa penanganan.
Jadi, kalau ketiak mulai “memberi isyarat”, mungkin saatnya berhenti menutupinya dengan parfum semata, dan mulai memahami siapa sebenarnya yang membuat aroma itu muncul.(*)

