Headline

Spekulasi Suku Bunga Berlanjut, Rupiah Ditutup Menguat

Karawang : Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya terhadap dolar AS hingga penutupan perdagangan,Senin (10/11/25)

 Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 0,22 persen atau 36 poin menjadi Rp16.654 per dolar AS.
Seorang ibu sedang memeriksa keaslian uang rupiah dengan teknik 3D, yakni Diraba, Dilihat dan Diterawang (Foto; Dokumentasi Bank Indonesia)

Rupiah menguat terhadap dolar AS karena spekulasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga the Fed bulan Desember mendatang. “Sebagian besar pelaku pasar mempertahankan spekulasi the Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Desember,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Senin (10/11/2025).

Keyakinan itu didorong oleh serangkaian data sektor swasta yang melemah, diantaranya data pasar tenaga kerja. “Data Challenger menunjukkan, bulan Oktober AS mengalami gelombang PHK terburuk dalam sekitar 20 tahun terakhir,” ucap Ibrahim.

Pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga the Fed di bulan Desember sebesar 61,9 persen. Peluang itu berdasarkan survei CME Fedwatch Tool.

Namun sentimen pasar terbantu oleh pemungutan suara Senat untuk melanjutkan RUU Pendanaan, dengan hasil voting 60-40. Mayoritas suara menyatakan mempertimbangkan RUU Pendanaan untuk mengakhiri ‘shutdown’ pemerintah AS.

Berakhirnya penutupan pemerintah akan membuka pintu bagi rilis data ekonomi AS lainnya dalam beberapa hari mendatang. Data ekonomi ini penting sebagai bacaan bagi sentral AS dalam menentukan suku bunga kebijakan.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia hari ini merilis Hasil Survei Konsumen bulan Oktober 2025. Hasil survei menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik tajam menjadi 121,2 dari bulan sebelumnya sebesar 115.

Kenaikan angka IKK mengindikasikan keyakinan konsumen yang makin kuat terhadap prospek perekonomian ke depan. Siaran pers BI menyatakan, “Peningkatan optimisme masyarakat ini didorong oleh membaiknya persepsi masyarakat terhadap kedua komponen utama pembentuk IKK.”

Pertama, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang mengalami kenaikan signifikan, dari 102,7 pada September menjadi 109,1 pada Oktober. Kenaikan ini mencerminkan persepsi masyarakat yang membaik terhadap kondisi riil seperti penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.

Kedua, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menunjukkan peningkatan kuat dari 127,2 menjadi 133,4. Kenaikan pada IEK menunjukkan harapan dan optimisme masyarakat terhadap prospek kondisi ekonomi untuk enam bulan ke depan meningkat drastis.

“Secara keseluruhan, kenaikan tajam IKK ini menjadi sinyal positif bahwa konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga diprediksi akan semakin kuat dan menjadi pendorong aktivitas ekonomi yang berkelanjutan di kuartal IV-2025," kata Ibrahim menutup analisisnya.(*)
Posting Komentar