Headline

Menpar Ungkap 3 Tren Global yang Bisa Ubah Masa Depan Pariwisata Indonesia

 Jakarta: Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menilai industri pariwisata Indonesia sedang berada di momentum yang menarik. Tren global bergerak cepat dan membuka peluang baru yang bisa mendorong pariwisata RI ke level lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan.(31/10/25).

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana

Menurutnya, pariwisata sudah menjadi mesin ekonomi dunia. Pada 2023, kontribusi sektor ini mencapai sekitar 10 persen dari PDB global dengan lebih dari 330 juta lapangan kerja tercipta.

 Di Indonesia, kontribusi sektor pariwisata pada semester I 2025 diperkirakan menyentuh 4,9 persen terhadap perekonomian nasional dengan serapan tenaga kerja sekitar 25,88 juta orang.

Di tengah capaian itu, ia menyoroti tiga tren besar yang sedang membentuk arah baru pariwisata dunia.

1. Pasar wisatawan makin beragam

Wisatawan global tidak lagi hanya berasal dari Amerika, Eropa, atau Asia Timur. Negara di Asia Selatan, Amerika Selatan, hingga Timur Tengah mulai muncul sebagai pasar outbound utama. Indonesia bahkan diprediksi masuk daftar 15 besar pasar wisatawan dunia pada 2040.

“Kita perlu menyesuaikan penawaran pariwisata agar bisa menjangkau segmen baru ini,” kata Widiyanti. 

Salah satu fokusnya adalah pengembangan wisata ramah Muslim. Dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan fasilitas yang semakin lengkap, Indonesia dinilai punya peluang besar memperkuat posisi sebagai destinasi unggulan wisata halal global. Total belanja wisatawan Muslim diperkirakan menembus 235 miliar dolar AS pada 2030.

2. Gen Z dan milenial jadi pendorong utama

Generasi muda menjadi motor pertumbuhan pariwisata. Mereka mencari inspirasi lewat media sosial dan kreator perjalanan, serta mengutamakan pengalaman otentik. Sebanyak 52 persen Gen Z bahkan rela membayar lebih untuk pengalaman liburan yang benar-benar berkesan.

“Perubahan ini memberi peluang besar untuk memperkuat promosi digital dan menghadirkan pengalaman yang personal,” ujar Widiyanti. 

Pendekatan berbasis narasi, konten kreatif, hingga pemanfaatan teknologi seperti AI disebut akan semakin penting.

3. Destinasi alternatif makin diminati

Wisatawan kini tidak hanya terpaku pada kota besar atau destinasi ikonik. Lokasi yang dulu hanya jadi pilihan tambahan mulai naik daun. Di Asia Tenggara, porsi kunjungan ke destinasi alternatif diperkirakan naik dari 24 persen pada 2023 menjadi 30 persen pada 2030.

“Ini memberi peluang untuk mengemas ulang destinasi kita. Bukan hanya Bali atau destinasi utama, tapi juga lokasi di sekitarnya yang punya karakter kuat dan pengalaman autentik,” ucap Widiyanti.

Sehingga, melalui tiga tren di atas, Widiyanti menyampaikan pemerintah sudah menyiapkan sejumlah program untuk memanfaatkan momentum ini, antara lain Pariwisata Naik Kelas, Event by Indonesia, Desa Wisata, Tourism 5.0, dan Gerakan Wisata Bersih. 

Tahun depan, peningkatan keselamatan wisata terutama di destinasi alam akan menjadi salah satu prioritas melalui kolaborasi dengan Basarnas. Ia menegaskan kunci utama keberhasilan ada pada kolaborasi dan narasi positif.

“Tren global sedang berpihak pada kita dan strateginya sudah jelas. Beberapa tahun ke depan akan sangat menentukan. Saya berharap media ikut menyebarkan cerita positif tentang Indonesia, agar dunia melihat kita bukan hanya karena keindahan alam, tapi juga keramahan dan budaya yang kita miliki,” tutur Widiyanti.(*)
Posting Komentar